Wednesday, November 19, 2014

BAPAK BAGINDA MUCHTAR@ BBM: A-ku- Badan-ku- Diri-ku - page 106

KATAKU



Kataku:  A  - ku Badan - ku Diri - ku.


'A' datang dari Allah. 'Badan' dijadikan dari tanah. 'Diri' mendatang kemudian.


Mula pertama aku diciptakan sampai berupa dan bertampan dan berwujud oleh Yang Maha Kuasa. Dijadikan dari tanah. Itulah badanku. Kemudian ditiupkanNya "Ruh" ke dalam batang tubuhku. Yang meniupkan, Tuhan. Maka terdirilah "AKU" Yang Mendirikan Allah. Dan berdirilah aku dengan sendirinya.


Dengan adanya "A"-ku maka hiduplah badan diriku. Dan jadilah aku menjadi manusia hidup, oleh kerana ada yang menghidupkan ku.


"A"-ku datang dari Allah. Badanku dijadikan dari tanah. Allah, Tuhan ku, meniupkan Ruh ke dalam batang tubuhku, maka berdirilah A - ku.


Aku sebenarnya adalah Ruh. 


Aku diberi Tuhan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium bau-bauan, lidah untuk merasa, otak untuk berfikir, akal untuk menimbang 'neraca'. 



Semua anugerah Tuhan itu tempatnya pada bahagian teratas dari badanku, iaitu di kepalaku.



Dan didudukkan aku di dalam sebuah rumah yang berisikan alat perabut yang serba sederhana tetapi sangat berguna, seperti : hati - jantung, limpa, rabu empedu dan tempatnya di dalam dadaku dan diberinya aku perut berserta isinya yang berpusat dan mengandung banyak daya guna dan mempunyai alat pelepasan untuk membuang empasan (hampas) atau kotoran.



Dan pada bahagian belakangku yang dinamakan punggung dan pinggang berisikan pula alat-alat seperti buah pinggang yang menghasilkan bibit-bibit tunas saringan dan saluran yang menyalurkan air kencing dan bibit-bibit tunas melalui alat yang tertentu pula.



Dan diberi-Nya aku kaki tangan untuk menyampaikan tujuan, keinginan dan kehendak lahir. Dan begitulah Pemberian Tuhan kepada ku yang garis besarnya terdiri dari : bulu kulit darah - daging - hati - jantung - limpa - rabu - empedu -  urat - tulang - otak benak, disusun dan diatur oleh Yang Maha Penyusun lagi Maha Pengatur, suatu susunan dan aturan yang patut menjadi bahan pelajaran bagi kita untuk ditiru sebagai perumpamaan.




Dan begitu pula seluruh batang tubuhku dibalut dengan apa yang dinamakan kulit yang ditumbuhi bulu di atasnya, salah satu dari panca indera kita untuk dapat merasakan apa yang dapat dirasakannya.



Satu Pemberian dari Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang yang patut disyukuri.



Aku yang berbadan dan berdiri menjalankan kehidupan sendiri di dalam dengan tidak banyak mendapat halang rintangan, akan tetapi perjalanan hidupku di luar yang dibawakan oleh badanku, tidaklah dapat menyenangkan aku, bahkan kebanyakkan hasil kerjanya menyebabkan aku mengeluh oleh kerana aku menderita dibuatnya. 


Jalan kehidupan yang dibawakan di luar, tidak ada pegangan, suatu perjalanan yang meraba-raba dalam gelap-gelita, yang lebih banyak membawa akibat tidak menguntungkan daripada menguntungkan. Di mana letaknya kesalahannya? Segala kesalahan terletak pada ketidak tahuan apa arti hidup yang sebenarnya dan terlampau banyak melihat kehidupan di luar.



Memang semenjak dari dahulu kala kebanyakan manusia tidak beruntung hidup disebab-keranakan salah memahamkan arti hidup yang sebenarnya. Telah lama kehendak badan diturutkan dan jarang didapat kehendak hati, akibatnya badan sengsara. Bagaimana menurutkan kehendak hati? Kalau kehendak hati yang diperdapat, pasti akan memuaskan kepada perasan badan dan diri. Kehendak badan yang susah diperdapat kebanyakannya membawa kecewa kepada diri kerana kehendak badan sangat banyak tak habis-habisnya. 


[remarks: akibat salah jalan yang dipilih]
Dapat satu mau satu lagi, dapat satu lagi mau lagi dan begitulah seterusnya. Maka inilah yang dinamakan kehendak hawa nafsu yang tak pernah merasa puas. Sedangkan kesanggupan badan untuk mencapai kehendak yang banyak itu tidak ada. 



Pembawaan badan yang salah itulah yang menyebabkan kita manusia tidak beruntung.



Mungkinkah diri sanggup menyampaikan kehendak hati? Kalau mungkin bagaimana caranya diri membawakannya? Pembawaan badan berlainan dengan pembawaan diri. Badan yang selama ini tak pandai membawakan diri, merasa rendah terhadap orang lain kerana dia berkaca ke badannya dan bercermin kepada kelebihan orang lain. 



Badannya yang dianggapnya dirinya dan begitu pula terhadap orang lain, kelebihan orang diambilnya sebagai ukuran. Oleh kerananya, dengan sendirinya dia berasa kekurangan dari orang lain.



Kelebihan orang berlain-lain pula, ada kerana pangkatnya, kedudukannya, kekayaannya, pengetahuannya dan lain sebagainya. Maka adalah kesemuanya yang disebutkan itu tambahannya, datangnya dari luar dan tidak kekal.



Dan bagaimana dengan dirinya? Adakah mereka merasa puas dengan keadaannya itu? Cubalah bertanya kepada orang-orang yang punya kelebihan seperti yang disebutkan di atas itu.



Kalau mereka berilmu dan berpengetahuan, maka ilmu dan pengetahuannya dipergunakannya untuk memperbesar, memperkaya, memperelok badannya sendiri jarang dipergunakannya untuk kebaikan bersama atau umum.



Orang yang tahu di dirinya tak perlu berasa rendah terhadap orang yang punya kelebihan itu. Sikap hormat dan menghargai tak dibawakan untuk menunjukkan kehalusan budi-pekerti kita terhadap seseorang. Itupun tak boleh berlebih-lebihan, apalagi sengaja dibuat-buat.

.

No comments:

Post a Comment