Wednesday, November 19, 2014

BAPAK BAGINDA MUCHTAR @ BBM: Diri Mendirikan - page 102




Diri Mendirikan



   Mendirikan rumah tidaklah begitu sulit, apalagi kalau bahannya telah tersedia. Adakah orang memperhatikan setelah rumah itu berdiri, apakah yang menyebabkannya kuat? Sudah tentu lantaran tonggaknya, bukan? Dalam sebegitu banyak tonggak yang mana yang lebih dahulu didirikan? Tonggak yang pertama yang didirikan itu dinamakan orang tonggak tua, kerana sesudahnya baru menyusul tonggak-tonggak yang lain.



   Sekarang kita cuba menyelidiki rumah kita sendiri, dimaksud ialah badan dari diri kita. Bila atau kapan rumah untuk kita itu didirikan, kita tidak tahu, setahu kita rumah tempat kita berdiam telah ada. Kita mendapati barang sudah.



      Pada badan kita, hanya ada satu tonggak dan diperkuat kiri kanan oleh apa yang dinamakan tulang rusuk dan ditambah dua kaki untuk tegak.



    Sempurnakah pengetahuan kita, kalau kita telah dapat mengetahui akan keadaan badan kita dengan alat perlengkapannya yang telah ada? Kita ketahui sudah rumah kita terdiri dari :  bulu - kulit - darah - daging - hati - jantung - limpa - rabu empedu, urat - tulang, otak - benak, tersusun dengan rapi sambung bersambung, kait-berkait sehingga merupakan bentuk kita yang nyata. Kita ketahui sudah rumah kita, sekarang kita bertanya; yang mana aku, di mana tempatku, dudukku dan terdiri dari apa aku?


    Kalau aku tidak ada tentu rumahku kosong. Bagi orang yang rumahnya kosong artinya dia telah pergi, dia berpulang dan telah meninggal. 



    Dia telah meninggalkan rumahnya, yang tak dapat dan tak boleh didiami orang lain, sehingga rumah itu tak berguna, kerana masing-masing telah punya dan harus dikembalikan ke asal yaitu ke tanah.



    Sudah nyata bentukku, akan tetapi terdiri dari apa aku? Aku ingin tahu dan dapat aku merasakan hendaknya akan adanya aku dan dapat pula aku hendaknya merasakan akan faedahnya badan diriku dan badan diriku dapat pula hendaknya merasakan aku, menyayangi aku, mencintai aku sehingga dapat aku menerima kasih sayangnya, cintanya, hibanya sampai perpaduan kasih sayang dan cinta menyintai itu menimbulkan pengertian yang mendalam antara yang satu dengan yang lain, sehingga jadilah dia badanku dan aku adalah nyawanya. Aku akan membawanya ke pintu bahagia,  aku akan menunjukkan jalan yang benar baginya, untuk kebahagiaan kami berdua yang kekal dan abadi.


    Aku yang baginya berdiri dengan sendirinya, menganggap aku tak lebih dan tak kurang hanya nyawanya, satu petanda baginya selagi aku masih besertanya, dia masih hidup dan kalau aku tak lagi besertanya, dia telah mati. 


   Aku tak pernah diikut sertakannya dalam tindak tanduknya, tindak laku perbuatannya, yang mana aku menderita akibatnya. Dia tak pernah mahu mengenal aku. 


  Dan adalah aku sekarang yang telah banyak mendapat pengalaman dalam suka duka hidup, setelah dapat tahu akan keadaan sebenarnya, maka mengertilah saya bahawa kesalahanku terletak pada salahnya aku memahami hidup -  dengan yang mati yang ku anggap hidup;  dan yang hidup ku anggap mati.



 Dan begitulah setelahnya aku tahu di diriku maka dalam segala hal dirikulah yang aku kemukakan dengan mempergunakan otakku. 



 Aku dirikan diriku sendiri yang telah berdiri itu, aku perbuat sebanyak mungkin dengan diriku.



  Aku mendirikan diriku oleh kerana aku telah menemui jalannya, mengetahui keadaannya dengan menurutkan jejak jalannya. 



  Akulah nan tunggal dan akulah nan sebatang dan akulah yang diidam-idamkan orang banyak, yang dicari-cari orang semenjak berabad-abad yang lalu.



 Aku katakan aku nan tunggal, aku yang sebatang yang diidam-idamkan itu, bukan Tuhan. Tuhan ku dan Tuhan mu sama sahaja, yaitu YANG MAHA ESA.


   Dan aku datang darinya dan aku kembali kepadanya. Akan ku tinggalkan rumahku dan sepeninggalanku akan dikembalikan orang ke asalnya, yaitu ke tanah.


   Walhasil, asal di balik asal dan perjalanan ku kembali "balik batang".



  Banyak sudah orang aku tunjukkan akan dirinya sendiri, memperkembang diri, berjalan dengan diri, akan tetapi kebanyakan dari mereka belum juga tahu di dirinya yang sebenarnya, walaupun mereka-mereka itu dapat merasakannya, mereka menganggap yang terasa itu baginya ialah senjata, senjata yang ampuh serba guna, untuk bertahan dan untuk menyerang. 


  Tangkapan yang keliru itu yang menyebabkan mereka sering kandas, merasa tidak puas dan merasa belum mencukupi. Mereka masih mencari dan mencari juga lagi. Mereka sentiasa berasa kekurangan. Dan aku pun tidak puas kepada mereka-mereka itu, kerana penerimaannya akan pemberian ku menjadi pemecahan baginya, pada hal mestinya untuk mencapai tujuan, hendaklah kita mengadakan pemisahan


Pemecahan dan Pemisahan amat jauh perbezaannya. 

  Dan begitulah aku setelah dapat memisahkan antara yang satu dengan yang lain, tahulah aku yang mana yang badan dan yang mana yang diri. 

 Aku berdiri di diriku dengan menyayangi dan mencintai badanku.




.


No comments:

Post a Comment